sumber gambar kenuzi50.wordpress.com
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, itulah
kalimat yang paling utama dan paling sering kuucapkan saat agenda rutin pekanan
yang biasa kami sebut dengan “tutoring” selesai. Tak pernah ilmu kurasakan
sebagai sesuatu yang tak berguna jika ilmu tersebut disampaikan pada saat
tutoring, karena agenda tutoring itu selalu kami niatkan untuk senantiasa
mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla sebagai Dzat yang menciptakan kami
dengan harapan Dia meridhoi kami sebagai mahluk ciptaan-Nya.
Tadi malam pun kami kembali melaksanakan
agenda tutoring itu. Dengan bermodalkan kondisi fisik yang lelah setelah
menjalani aktifitas seharian dan semangat yang mulai meninggalkan angka 100%
karena cukup terkuras fikiran dengan berbagai permasalahan yang terjadi kemarin
kami berangkat menuju basecamp tutoring
kami yaitu di salah satu masjid yang letaknya tidak terlalu jauh dari kampus. Sampai
di TKP ternyata sang tutor sudah siap dengan segala amunisinya untuk mencharge
iman kami dengan semangat yang membara dan sejujurnya udara dingin yang terasa
karena saat itu baru saja reda setelah sebelumnya terjadi hujan deras mendadak
menjadi hangat.
Malam itu kami tutoring berempat dan aku
ditunjuk menjadi mc. Dengan hikmat kuucapkan salam pembuka kepada saudara-saudaraku
itu, mukadimah dan dibuka dengan bersama-sama melafadzkan basmalah. Ya, itu
adalah kebiasaan yang selalu kami lakukan di awal tutoring. Namun ada yang
berbeda malam ini. Kami tutoring dalam kondisi gelap karena lampu telah di
matikan oleh pihak DKM setempat dan rasanya tak enak untuk minta dihidupkan
lampunya, jadi malam itu kami menjalani tutoring dengan suasana baru. Biasanya sebelum
membahas materi tutoring salah satu dari kami membacakan ayat suci Al Quran dan
terkadang kami bergantian membaca beberapa ayat namun dikarenakan kondisinya gelap
jadi kami hanya memuraja’ah hafalan
kami di surat pendek juz 30.
Kondisi yang gelap sungguh membuat mataku
semakin merasa kantuk dan badanku ingin segera diistirahatkan namun sambil
berjuang untuk terus membuka mata dan menahan badanku yang semakin terasa berat
kumulai mendengarkan apa yang tutorku sampaikan. Materi yang dibahas malam itu
adalah tentang “Ikhlas”.
Dengan kondisi badan saat itu kuakui aku
tak cukup banyak merekam apa yang tutorku sampaikan. Aku justru lebih banyak
merenungi diri sendiri saat ada kalimat yang keluar dari mulut sang tutor
kemudian ‘mengabaikan’ kalimat selanjutnya sampai renunganku berakhir baru aku
mendengarkan kembali apa kalimat yang sedang diucapkannya walaupun setelah
itupun aku kembali merenungi diriku sendiri, begitu seterusnya.
Salah satu renungan utamaku adalah tentang hari-hari
yang kulewati beberapa tahun ini di sebuah lembaga da’wah kampus. Aku mulai
meragukan keikhlasanku. Kegalauan tak hentinya menghantuiku yang sedang menjelajahi
alam renungan. Aku takut yang kulakukan selama ini hanya menghasilkan keringat
dan pujian sesaat. Hanya sedikit orang yang bisa menjadikan pujian sebagai
ujian dan cemoohan sebagai bahan pelajaran dan perbaikan diri, sayangnya aku
belum sampai pada tahap itu. Di saat seperti itu teringat sabda Rasulullah, “Setiap hak mempunyai hakikat, dan seseorang
tidak akan sampai pada hakikat ikhlas sampai ia tidak menginginkan pujian dari
perbuatan yang dilakukannya karena Allah.”
Malam semakin larut dan akupun semakin terbawa ke
dalam alam renungan. Walau begitu telingaku masih cukup mendengar kata demi
kata yang disampaikan tutorku. Saat aku mulai menikmati penjelajahanku di alam
renungan tiba-tiba tak kudengar lagi untaian nasihat yang dari tadi kusimak. Ternyata
penyampaian materi tentang ikhlas sudah selesai. Dan kini saatnya aku kembali
memandu jalannya tutoring. Sebelum melanjutkan ke diskusi tiba-tiba lidahku
tergerak untuk menyampaikan suatu hadits yang berkenaan dengan ikhlas, Al Hasan
berkata: aku bertanya kepada Khudzaifah tentang makna ikhlas, dan beliau
menjawab, “aku juga bertanya kepada Nabi tentang apa itu ikhlas, dan beliau
menjawab, ‘aku telah bertanya kepada Jibril tentang apakah itu ikhlas dan
Jibril menjawab, ‘saya telah bertanya kepada Allah tentang ikhlas dan Allah
berfirman, ‘ ikhlas adalah salah satu
rahasia-Ku yang Aku titipkan kepada hati orang-orang yang Aku cintai.’’” Setelah
itu aku mempersilakan kepada saudaraku
yang lain jika ada yang ingin mengajukan pertanyaan seputar keikhlasan. Detik demi
detik kutunggu namun tak jua kudengar suara dari mereka, entah sudah cukup
faham ataukah fisik yang sudah teramat lelah. Dan akhirnya karena waktu sudah
menujukkan pukul 22.30 malam agenda tutoring pun dicukupkan. Namun sebelumnya
kami berdoa bersama-sama agar kami bisa menjadi orang-orang yang ikhlas yang
terjauhkan dari sifat riya. Tentunya dengan mentafakuri segala nikmat Allah
yang tak hentinya mengalir kepada kami, dan dosa-dosa yang selalu kami perbuat
di saat kami menerima nikmat dari Allah tersebut. Tak lupa aku mengajak
orang-orang yang sedang melingkar saat itu untuk bertaubat, karena kami takut
tidur kami malam ini bukan lagi kematian sesaat seperti tidur-tidur sebelumnya
namun mati yang sebenarnya. Semoga Allah senantiasa merahmati kami sampai kami
kembali berada di majlis ini di waktu selanjutnya. Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar