Rabu, 21 Mei 2014

Renunganku tentang Keikhlasan

sumber gambar kenuzi50.wordpress.com




Alhamdulillahirobbil ‘alamin, itulah kalimat yang paling utama dan paling sering kuucapkan saat agenda rutin pekanan yang biasa kami sebut dengan “tutoring” selesai. Tak pernah ilmu kurasakan sebagai sesuatu yang tak berguna jika ilmu tersebut disampaikan pada saat tutoring, karena agenda tutoring itu selalu kami niatkan untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla sebagai Dzat yang menciptakan kami dengan harapan Dia meridhoi kami sebagai mahluk ciptaan-Nya.
Tadi malam pun kami kembali melaksanakan agenda tutoring itu. Dengan bermodalkan kondisi fisik yang lelah setelah menjalani aktifitas seharian dan semangat yang mulai meninggalkan angka 100% karena cukup terkuras fikiran dengan berbagai permasalahan yang terjadi kemarin kami berangkat menuju basecamp tutoring kami yaitu di salah satu masjid yang letaknya tidak terlalu jauh dari kampus. Sampai di TKP ternyata sang tutor sudah siap dengan segala amunisinya untuk mencharge iman kami dengan semangat yang membara dan sejujurnya udara dingin yang terasa karena saat itu baru saja reda setelah sebelumnya terjadi hujan deras mendadak menjadi hangat.
Malam itu kami tutoring berempat dan aku ditunjuk menjadi mc. Dengan hikmat kuucapkan salam pembuka kepada saudara-saudaraku itu, mukadimah dan dibuka dengan bersama-sama melafadzkan basmalah. Ya, itu adalah kebiasaan yang selalu kami lakukan di awal tutoring. Namun ada yang berbeda malam ini. Kami tutoring dalam kondisi gelap karena lampu telah di matikan oleh pihak DKM setempat dan rasanya tak enak untuk minta dihidupkan lampunya, jadi malam itu kami menjalani tutoring dengan suasana baru. Biasanya sebelum membahas materi tutoring salah satu dari kami membacakan ayat suci Al Quran dan terkadang kami bergantian membaca beberapa ayat namun dikarenakan kondisinya gelap jadi kami hanya memuraja’ah hafalan kami di surat pendek juz 30.
Kondisi yang gelap sungguh membuat mataku semakin merasa kantuk dan badanku ingin segera diistirahatkan namun sambil berjuang untuk terus membuka mata dan menahan badanku yang semakin terasa berat kumulai mendengarkan apa yang tutorku sampaikan. Materi yang dibahas malam itu adalah tentang “Ikhlas”.
Dengan kondisi badan saat itu kuakui aku tak cukup banyak merekam apa yang tutorku sampaikan. Aku justru lebih banyak merenungi diri sendiri saat ada kalimat yang keluar dari mulut sang tutor kemudian ‘mengabaikan’ kalimat selanjutnya sampai renunganku berakhir baru aku mendengarkan kembali apa kalimat yang sedang diucapkannya walaupun setelah itupun aku kembali merenungi diriku sendiri, begitu seterusnya.
Salah satu renungan utamaku adalah tentang hari-hari yang kulewati beberapa tahun ini di sebuah lembaga da’wah kampus. Aku mulai meragukan keikhlasanku. Kegalauan tak hentinya menghantuiku yang sedang menjelajahi alam renungan. Aku takut yang kulakukan selama ini hanya menghasilkan keringat dan pujian sesaat. Hanya sedikit orang yang bisa menjadikan pujian sebagai ujian dan cemoohan sebagai bahan pelajaran dan perbaikan diri, sayangnya aku belum sampai pada tahap itu. Di saat seperti itu teringat sabda Rasulullah, “Setiap hak mempunyai hakikat, dan seseorang tidak akan sampai pada hakikat ikhlas sampai ia tidak menginginkan pujian dari perbuatan yang dilakukannya karena Allah.”
Malam semakin larut dan akupun semakin terbawa ke dalam alam renungan. Walau begitu telingaku masih cukup mendengar kata demi kata yang disampaikan tutorku. Saat aku mulai menikmati penjelajahanku di alam renungan tiba-tiba tak kudengar lagi untaian nasihat yang dari tadi kusimak. Ternyata penyampaian materi tentang ikhlas sudah selesai. Dan kini saatnya aku kembali memandu jalannya tutoring. Sebelum melanjutkan ke diskusi tiba-tiba lidahku tergerak untuk menyampaikan suatu hadits yang berkenaan dengan ikhlas, Al Hasan berkata: aku bertanya kepada Khudzaifah tentang makna ikhlas, dan beliau menjawab, “aku juga bertanya kepada Nabi tentang apa itu ikhlas, dan beliau menjawab, ‘aku telah bertanya kepada Jibril tentang apakah itu ikhlas dan Jibril menjawab, ‘saya telah bertanya kepada Allah tentang ikhlas dan Allah berfirman, ‘ ikhlas adalah salah satu rahasia-Ku yang Aku titipkan kepada hati orang-orang yang Aku cintai.’’” Setelah  itu aku mempersilakan kepada saudaraku yang lain jika ada yang ingin mengajukan pertanyaan seputar keikhlasan. Detik demi detik kutunggu namun tak jua kudengar suara dari mereka, entah sudah cukup faham ataukah fisik yang sudah teramat lelah. Dan akhirnya karena waktu sudah menujukkan pukul 22.30 malam agenda tutoring pun dicukupkan. Namun sebelumnya kami berdoa bersama-sama agar kami bisa menjadi orang-orang yang ikhlas yang terjauhkan dari sifat riya. Tentunya dengan mentafakuri segala nikmat Allah yang tak hentinya mengalir kepada kami, dan dosa-dosa yang selalu kami perbuat di saat kami menerima nikmat dari Allah tersebut. Tak lupa aku mengajak orang-orang yang sedang melingkar saat itu untuk bertaubat, karena kami takut tidur kami malam ini bukan lagi kematian sesaat seperti tidur-tidur sebelumnya namun mati yang sebenarnya. Semoga Allah senantiasa merahmati kami sampai kami kembali berada di majlis ini di waktu selanjutnya. Aamiin.

0 komentar:

Posting Komentar